Apr 10, 2012

Trip ke Penang Bersama Dell Indonesia (1)

A very melancholic town.
 
Tanggal 19 - 21 Maret kemaren Dell Indonesia mengajak saya, ke-3 Dell Trendsetter lainnya (Radhini, Sarah Deshita, dan Ananda Julio; sayangnya tanpa Sonia Eryka), 4 orang Dell Agent (Meli, Margaret, Moel, Rendi), dan SM*SH melakukan factory visit ke Penang, Malaysia. Pengalaman yang menyenangkan, apalagi ini pertama kalinya saya ke negeri jiran tersebut.

Malaysia Airlines yang kami gunakan take off sekitar jam 5 pagi dari Soekarno Hatta, tapi karena satu dan lain hal saya sudah berada di airport sejak jam 10 malam sebelumnya--tidak perlu diceritakan di sini, sepertinya. Rute penerbangan kali ini Cengkareng - Kuala Lumpur (2 jam) dilanjutkan dengan Kuala Lumpur - Penang (1 jam). KLIA cukup memesona sana. Airport yang megah dan tampak lebih modern dari airport yang pernah saya lihat di tanah air. Airport Penang sendiri, well, tidak terlalu besar dan biasa saja.

Di airport Penang, kami dijemput oleh Mrs. Lina, tour guide kami selama 3 hari ke depan. Ramah dan energik! Dari airport, kami diajak city tour singkat dan mendapat penjelasan tentang sejarah singkat Penang (atau Pulau Pinang, nama aslinya). Tujuan pertama kami adalah Botanical Garden. Tempatnya luas dan tidak semua bagian kami telusuri. Pengunjung biasanya ramai pada pagi dan sore hari. Tidak lupa *UHUKK!* kami berfoto bersama.


Perjalanan dilanjutkan ke Chinatown di Georgetown untuk makan siang. Mrs. Lina memilihkan Eden di Hutton Lane, restoran sea food dan steak yang.....cukup deceiving. Dari luar tempat ini nampak biasa saja dan ketika kami masuk, ruangan agak sempit menurut saya. Pelayanan memuaskan, meski jarang sekali mereka tersenyum. Tapi jangan terlalu cepat menilai, sebab sea food yang mereka hidangkan benar-benar maknyus di mulut saya! Beberapa anggota SM*SH saya lihat juga menikmati steak mereka. Nah, jika Anda sedang berjalan-jalan di sekitar sini, silakan mampir dan mencoba.


Bus kemudian membawa rombongan ke Traders Hotel, tempat kami menginap, di pusat kota Georgetown. Hotel ini berada dalam satu kompleks dengan Komtar dan 1st Avenue Mall. Kami beristirahat sebentar, lalu saya dan teman-teman Dell Agent ke Prangin Mall yang berada di bagian bawah Komtar. Oya, Prangin Mall ini semacam Ratu Plaza lah, sedangkan Komtar sendiri adalah skyscraper tertinggi di Pulau Penang, bagian bawah dipergunakan untuk terminal bus (Rapid) dan mall sedangkan lantai-lantai atas untuk perkantoran. Di Prangin Mall ini saya mencari SIM card baru untuk ponsel saya. Pemilik toko dengan baik hati membantu men-setting ponsel saya, tetapi lagi-lagi saya temui mereka jarang sekali tersenyum. Entahlah.

Saya, Julio dan keempat Dell Agent memutuskan berjalan kaki menyusuri apa yang bisa disusuri sore itu. Petualangan dimulai dari 1st Avenue, mall yang penuh dengan outlet barang-barang branded, tetapi tidak begitu spesial bagi anak muda Jakarta seperti *EHEM* mereka berlima. Kemudian kami susuri Lebuh Carnarvon, jalanan yang cukup ramai dengan kendaraan dan diapit toko serta berbagai lokasi usaha dengan papan nama berakhiran "Sdn Bhd" di kanan-kirinya. Kami mulai memasuki belokan dan jalan-jalan yang lebih kecil dan sepi. Bangunan di kawasan ini umumnya bergaya art deco dengan daun jendela yang tinggi. Hampir semuanya nampak tua, namun terawat, dan saya pikir beberapa mungkin sudah berdiri sejak era kolonial Inggris. Berjalan menyusuri kota seperti ini di sore hari yang tidak terlalu panas ternyata cukup asyik. Ada semacam perasaan melankolis di atmosfer. Hmmm.


Kami lewat di salah satu bangunan bersejarah di Penang: Masjid Melayu (Jamek) Lebuh Aceh Pulau Pinang (okay, nama yang panjang). Masjid ini dibangun pada 1808 oleh saudagar Aceh yang bernama Tunku (Tengku) Syed Hussein Idid. Di jaman tersebut Penang menjadi transit perdagangan sehingga banyak saudagar dari Aceh maupun negara lain yang singgah bahkan membuat pemukiman di sana.


Dari Lebuh Aceh, kami berjalan lagi hingga menemukan sebuah kafe kecil dengan tagline "home made ice creams & cakes" yang cukup mencolok dan menarik kami berenam. Saya lupa nama kafe ini, yang pasti lokasinya berseberangan dengan Kuil Yap di Lebuh Armenia. Raspberry sorbet-nya cukup membuat saya senang sore itu.


Kami kembali ke hotel dan bersiap-siap melanjutkan city tour bersama rombongan. Tujuan malam itu sebenarnya ada 2; Gurney Drive dan Batu Ferringhi. Berhubung sesuatu hal, kita hanya lewat Gurney Drive dan langsung menuju lokasi makan malam di kawasan Batu Ferringhi.

Gurney Drive ini adalah kawasan wisata yang terletak pesisir pantai utara Pulau Penang. Di sini banyak hawker food centre (saya menyebutnya semacam food court tetapi dengan lokasi outdoor), berbagai hotel, beberapa mall, kondominium, serta hiburan night life. Kami tidak main ke sini melainkan langsung menuju Batu Ferringhi untuk makan malam di sana.


Restoran untuk makan malam kali ini adalah Golden Thai yang terletak di bibir pantai berpasir putih (pantai di sini tidak cocok untuk berenang, sih). Restoran ini tidak hanya menyajikan hidangan Thai, tapi juga aneka seafood dimana bahannya bisa kita pilih di pintu masuk, dari kepiting sebesar kepala saya sampai lobster sebesar lengan Bisma Karisma (keduanya tidak sebesar kalimat ini, haha). Soal kualitas hidangan, hmmmmm......hanya dua yang saya beri catatan: tomyum yang terlalu masam untuk lidah saya dan tahu yang begitu lembut di mulut!


Dari Golden Thai, rombongan kami berjalan menyusuri pasar malam Batu Ferringhi. Sama seperti di sini, banyak penjual aneka suvenir di sepanjang jalan pasar malam. Harga yang ditawarkan agak mahal, tetapi masih bisa ditawar. Tetapi lagi, harga suvenir di tempat lain jauh lebih murah daripada di sini, bahkan bisa setengah atau sepertiganya. Hal ini baru saya sadari dua hari kemudian.



Kami kembali ke hotel dan bersiap menyambut factory visit esok hari. Hari pertama yang cukup menyenangkan!

No comments:

Post a Comment